Rusia tolak proposal gencatan senjata di Suriah
Rusia memblokir "semua upaya" untuk menghentikan kekerasan di Ghouta Timur, kata utusan AS di PBB
Washington DC
Safvan Allahverdi
WASHINGTON
Rusia pada Kamis mengatakan tidak akan mendukung proposal Dewan Keamanan PBB untuk melakukan gencatan senjata di Ghouta Timur selama sebulan.
Sebelumnya, Dewan Keamanan merudingkan situasi di Suriah, khususnya di wilayah Ghouta yang terletak di Damaskus dan dikepung oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Bila proposal PBB itu diterima, gencatan senjata akan dimulai dalam 72 jam ke depan, dan setelah itu akses akan dibuka untuk bantuan kemanusiaan dan evakuasi medis.
Menurut representatif Rusia di PBB Vassily Nebenzia, proposal itu "tidak realistis" karena masih ada "ribuan teroris" di Ghouta Timur yang masih harus mereka musnahkan.
"Kami tidak bisa menyetujui proposal ini," kata Nebenzia. "Kami akan melakukan beberapa amendemen."
Sebagai respon, representatif AS untuk Dewan Ekonomi dan Sosial PBB Kelley Currie menuduh Rusia menghalangi "semua upaya konkrit" untuk mengakhiri pembantaian di Ghouta Timur.
Duta Besar Swedia untuk PBB Olof Skoof mengatakan sifat kemanusiaan sedang diuji di hadapan Dewan Keamanan dan mereka memiliki tanggung jawab besar untuk menghentikan krisis di Suriah.
Wakil sekretaris umum AS untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Mark Lowcock juga mengatakan dalam 24 jam terakhir saja, 50 warga sipil dibunuh dan 200 mengalami luka-luka di tengah konflik dan serangan udara di Ghouta Timur.
Lowcock mengatakan perang melawan terorisme tidak memberikan siapapun hak untuk menyerang warga sipil.
Ketika pertemuan Dewan Keamanan itu dilangsungkan, markas PBB menghadapi demonstrasi yang mendesak agar mereka segera mengambil tindakan untuk membantu warga Ghouta Timur.
Ghouta Timur ditindas oleh rezim selama lima tahun terakhir. Kawasan yang memiliki 400.000 penduduk itu juga tidak bisa menerima bantuan kemanusiaan, walaupun dilaporkan ada ribuan orang yang membutuhkan pertolongan medis.