Dunia

UNICEF: 720 ribu kehidupan anak Rohingya kian terancam

Musim badai yang akan datang diprediksi dapat membuat kondisi kamp pengungsi Rohingya semakin rapuh

Bayram Altug  | 23.02.2018 - Update : 25.02.2018
UNICEF: 720 ribu kehidupan anak Rohingya kian terancam Ilustrasi. ( Fırat Yurdakul - Anadolu Agency )

Ankara

Bayram Altug

ANKARA

UNICEF menyatakan kehidupan 720 ribu anak-anak Rohingya yang tinggal di Bangladesh dan Myanmar semakin terancam wabah penyakit dan juga kekerasan.

“Sekitar 720 ribu anak-anak Rohingya pada dasarnya terjebak, dikepung oleh kekerasan dan pemindahan paksa di dalam Myanmar atau terdampar di kamp-kamp yang sudah padat di Bangladesh karena mereka tidak dapat kembali ke rumah,” ujar Direktur Program Darurat UNICEF Manuel Fontaine dalam sebuah keterangan tertulis, Jumat.

Laporan tersebut menyatakan bahwa saat ini lebih dari 534 ribu anak-anak Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh, sementara hampir 185 ribu anak-anak Rohingya tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar. Kekerasan pun terus berlanjut.

Badan PBB tersebut mengatakan bahwa musim badai yang akan mendatangi Bangladesh akan mempengaruhi kehidupan di kamp pengungsi yang sudah ‘rapuh dan tidak sehat’.

UNICEF menilai kondisi itu bakal kian rentan menyebabkan penularan wabah penyakit melalui air dan klinik kesehatan, pusat pembelajaran dan fasilitas lainnya akan terpaksa ditutup.

Laporan tersebut kembali meminta pemerintah Myanmar untuk mengakhiri kekerasan terhadap Muslim Rohingya, yang menyatakan bahwa mereka harus memiliki hak dasar seperti kebebasan bergerak, akses terhadap perawatan kesehatan dan pendidikan, dan mata pencaharian.

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi, kebanyakan anak-anak dan perempuan, telah meninggalkan Myanmar sejak 25 Agustus 2017, ketika pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas.

Di tempat lain, menurut Doctors Without Borders, sedikitnya 9.000 warga Rohingya tewas di negara bagian Rakhine pada kurun waktu 25 Agustus hingga 24 September lalu.

Dalam sebuah laporan pada Desember lalu, kelompok kemanusiaan dunia mengatakan kematian 71,7 persen atau 6.700 Rohingya disebabkan oleh kekerasan. Di antaranya termasuk 730 anak di bawah usia lima tahun.

PBB telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal dan penghilangan nyawa yang dilakukan oleh petugas keamanan.

Dalam sebuah laporan, penyidik ​​PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.