Dunia, Ekonomi, Nasional

Indonesia yakinkan dunia industri CPO aman

Lembaga-lembaga dari Norwegia, Belanda, dan Italia beri sambutan positif

Muhammad Nazarudin Latief  | 21.11.2017 - Update : 21.11.2017
Indonesia yakinkan dunia industri CPO aman Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita (kedua kanan) bersama Deputi Perdana Menteri Turky, Fikri Isik (kanan) melihat kelapa sawit atau palm oil, salah satu produk ekspor terbesar Indonesia, di Pameran Trade Expo yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, 12 Oktober 2017. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Pemerintah Indonesia mengaku berhasil meyakinkan berbagai lembaga di dunia bahwa industri kepala sawit yang ada di negara ini ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Di Norwegia, pemerintah berhasil meyakinkan Rain Forest Foundation, salah satu LSM yang terkenal anti kelapa sawit. Sebelumnya, mereka menuding industri ini banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia, deforestasi, dan perkebunan yang tidak berkelanjutan.

Namun saat pemerintah Indonesia bersama Collaborative Research Centre (CRC) 990 memaparkan hasil penelitian ke negara-negara Eropa, “Kita mendapat apresiasi, kajian dan diseminasi dianggap positif,” ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Siswo Pramono, Senin, saat membuka Palm Oil Course 2017 di Jakarta.

Di Wageningen University Belanda, pemerintah juga mendapat tawaran kerja sama penelitian yang lebih mendalam, valid, dan reliable untuk kasus-kasus sosio-ekonomi, terutama yang berhubungan dengan buruh anak.

Di Italia, Dewan Penelitian Nasional Italia juga menawarkan kerja sama penelitian pemanfaatan limbah kayu atau batang sawit. Penelitian ini, kata Siswo, akan memberi nilai tambah industri sawit.

Executive Director Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPP) Mahendra Siregar mengatakan, pemerintah Indonesia berusaha meyakinkan dunia tentang industri ini dengan pendekatan ilmiah.

Di sisi lain, kata Mahendra, permintaan dunia atas vegetable oil akan selalu meningkat. Konsekuensinya, akan ada peningkatan kebutuhan lahan untuk penanaman tumbuhan penghasil minyak seperti kedelai, jagung, bunga matahari.

“Sementara, kebutuhan lahannya 4-5 kali lebih luas [dari lahan yang dibutuhkan sawit],” ujarnya.

Sawit bisa efektif menggunakan lahan karena produktivitasnya yang tinggi. Setiap 1 hektar lahan bisa dimaksimalkan untuk menghasilkan 20 ton dengan potentially yield hingga 40 ton per hektar.

“Kita harap bisa mendorong hingga mendekati potentially yield agar lebih efektif,” ujar dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın