Nasional

Indonesia dan Turki sukses lewati fase transisi demokratisasi

Kedua negara berhasil lewati fase transisi demokrasi namun Turki lebih unggul dalam bidang ekonomi

Pizaro Gozali İdrus  | 21.11.2017 - Update : 22.11.2017
Indonesia dan Turki sukses lewati fase transisi demokratisasi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Indonesia Joko Widodo di Ankara, Turki pada 6 Juli 2017. ( Kayhan Özer - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

Pizaro Gozali İdrus

JAKARTA 

Indonesia dan Turki adalah dua negara muslim yang berhasil melewati fase transisi demokratisasi, ujar pengamat.

“Bedanya Turki lebih unggul dalam bidang ekonomi walaupun proses demokratisasi sudah lebih dahulu dimulai di Indonesia,” ujar Muhammad Najib, penulis disertasi Telaah Kritis Demokratisasi Dunia Islam: Pengalaman Indonesia, Turki, dan Mesir di Jakarta, Selasa.

Najib menegaskan demokrasi yang identik dengan barat, bisa tetap tumbuh di negara muslim dengan memberikan corak identitas keagamaan. Umat Islam memandang negara dengan mengartikulasikan nilai-nilai religius sesuai pada tempatnya.

Keberhasilan Turki, kata Najib, tidak lepas dari kesuksesan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Parti) yang memenangkan pemilu sejak 2002. Sejak dipimpin Recep Tayyip Erdogan, militer mampu tunduk kepada supremasi sipil. Berkali-kali militer ingin mengkudeta, namun rencana itu berhasil digagalkan.

Di Turki, lanjut Najib, kemenangan kelompok nasionalis religius dengan suara mayoritas melahirkan pemerintahan yang kuat, sehingga bisa memaksa kelompok nasionalis sekuler menjadi oposisi dan mendorong militer kembali ke barak.

Najib menerangkan Indonesia juga sukses melalui transisi demokrasi dengan melakukan kompromi politik di antara tiga kekuatan politik, yakni nasionalis religius, nasionalis sekuler, dan militer. Ketiga elemen tersebut berhasil mendapatkan tempatnya tersendiri dalam format demokrasi modern.

“Sementara di Mesir militer menyingkirkan kekuatan nasionalis religius dan sekuler. Kudeta dilakukan militer setelah terjadinya transisi demokrasi,” jelas pria yang merampungkan disertasinya di Universitas Nasional ini.

Tantangan demokrasi di Indonesia adalah bagaimana kesenjangan sosial dan ekonomi dapat diselesaikan, mengingat pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati kelompok menengah ke atas.

Dalam hal ini, ujar Najib, Indonesia bisa mencontoh Turki yang sukses dalam bidang ekonomi.

--Mengakomodir aspirasi

Guru Besar Politik UIN Jakarta Bachtiar Effendi mengatakan tradisi perbedaan pendapat seharusnya bisa dikelola dengan baik di era demokrasi. Aspirasi pihak-pihak yang kalah dalam Pemilu seharusnya diakomodir, terlebih banyak pemenang pemilu unggul dengan suara tipis.

Hal itulah yang ditunjukkan founding father bangsa Indonesia ketika berdebat soal piagam Jakarta. Saat itu, kalangan Islam berbesar hati mencabut tujuh kata dalam pembukaan UUD 1945 demi menjaga NKRI.

Meski demikian, hak umat Islam tetap diberikan dengan mendirikan Kementerian Agama dan membangun masjid di lingkungan Istana.

“Maka mereka yang menggugat hak-hak umat Islam tidak memahami sejarah pendirian negara Indonesia,” kata doktor politik dari Ohio University ini.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın