Ekonomi

Sebanyak 49 perusahaan siap kembangkan bisnis di Bangladesh

Dari sekitar 160 juta penduduk Bangladesh mulai muncul 20-25 kelas menengah yang mempunyai daya beli tinggi

23.04.2018 - Update : 24.04.2018
Sebanyak 49 perusahaan siap kembangkan bisnis di Bangladesh Warga Bangladesh di Dhaka kembali ke kampung halaman menggunakan kereta api jelang Hari Raya Idul Adha pada 8 September 2016. ( Zakir Hossain Chowdhury - Anadolu Agency )

Muhammad Latief

JAKARTA

Indonesia mengincar Bangladesh sebagai negara tujuan ekspor dan memperkuat pasar nontradisional.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda mengatakan paling tidak ada 49 perusahaan dari sektor sawit, fashion, makanan dan minuman, otomotif, jasa, furnitur dan BUMN yang siap mengembangkan usaha ke Bangladesh.

“Pada tanggal 26-28 April mendatang akan kami kirim misi dagang ke negara itu,” ujar Arlinda di kantornya, Senin.

Bangladesh, menurut Arlinda, mulai membentuk pasar yang cukup potensial. Dengan penduduk sekitar 160 juta orang, negara ini sudah mulai membentuk sekitar 20-25 persen golongan menengah yang mempunyai daya beli dan potensial sebagai pasar produk Indonesia.  

Sejak 2011, Bangladesh menunjukkan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yaitu di atas 6 persen.  

Dalam tiga tahun ke depan, Bangladesh ditargetkan menjadi negara dengan penghasilan menengah. Produk domestik bruto (GDP) pada 2016-2017 mencapai rekor tertinggi sebesar 7,2 persen yaitu mencapai USD246,2 miliar dengan GDP per kapita mencapai USD1,602 miliar. 

Perekonomian Bangladesh ditopang pasar domestik yang besar, industri manufaktur berorientasi ekspor, penerimaan remitansi yang tinggi, serta kemudahan investasi. 

Saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) datang dalam kunjungan ke negara Asia Selatan pada Januari lalu, presiden berkomitmen melakukan kerja sama yang lebih dalam dan membantu negeri ini menjadi negara berkembang.

Menurut Arlinda, para peserta misi dagang sudah berkomunikasi dengan 122 buyer, terdiri atas 103 perusahaan importir dan 19 delegasi KADIN Bangladesh.

Misi dagang ini juga akan berkunjung ke perusahaan importir kelapa sawit, Meghna Group of Industries (MGI). Perusahaan ini merupakan konglomerat terkemuka di Bangladesh dengan omzet USD 2 miliar dan aset USD 1 miliar.  

MGI saat ini mengoperasikan 32 perusahaan dan 30 industri termasuk pengolahan minyak nabati, yaitu Tanveer Oil Mills Ltd.

Di bidang investasi, lanjut Arlinda, Bangladesh menawarkan iklim bisnis yang menguntungkan dengan fasilitas Bangladesh Economic Zone dan kebijakan pemerintah yang mendukung sektor bisnis.

Pemerintah Bangladesh juga memberikan berbagai insentif di sektor industri melalui mekanisme kerja sama pemerintah dan swasta.

Arlinda mengatakan tren perdagangan Indonesia-Bangladesh selama 5 tahun terakhir (2013-2017) mengalami meningkat pada kisaran 6,71 persen. Perdagangan non migas pada 2013 sebesar USD1,15 miliar meningkat menjadi USD 1,66 miliar pada 2017.

Neraca perdagangan Indonesia-Bangladesh 2017 mengalami surplus USD 1,52 miliar, terdiri atas surplus nonmigas USD1,50 miliar dan surplus migas USD16,12 juta. Nilai ekspor produk nonmigas Indonesia ke Bangladesh tahun 2017 tercatat sebesar USD 1,58 miliar.

Sedangkan nilai ekspor produk migas sebesar USD16,12 juta. Sementara itu, produk ekspor nonmigas Indonesia-Bangladesh dengan nilai tertinggi pada 2017 yaitu minyak kelapa sawit dan turunannya, bubur kayu kimia, benang, dan serat staple buatan.

Sedangkan lima besar produk yang diimpor Indonesia dari Bangladesh yaitu benang jute, kaos oblong, singlet dan rompi, karung dan tas, serta pakaian. 

Kemudian untuk impor utama Bangladesh dari dunia di antaranya minyak medium, katun, minyak kelapa, komoditas, gula tebu mentah, gandum dan meslin, denim, minyak kedelai mentah, dan telepon.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.